BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Perkembangan
zaman telah membawa bermacam bentuk perubahan yang sangat signifikan bagi masyarakat
internasional, dimana perubahan tersebut akan berakibat timbulnya bermacam-macam permasalahan
yang kompleks
dan sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Oleh
karenanya diperlukan cara dan jalan keluar yang tepat serta cepat dalam
menanggulangi masalah-masalah tersebut.
Masalah-masalah
besar yang muncul akhir-akhir ini dan sedang dihadapi oleh masyarakat
internasional adalah tingginya angka populasi jumlah penduduk, tingkat pengangguran yang semakin tinggi, kriminalitas, kemiskinan, dan tentu munculnya berbagai macam penyakit
yang terus mengancam kehidupan manusia.
Dengan berbagai masalah yang menghadang manusia
seperti tersebut di atas maka kerjasama internasional dalam berbagai bidang
sangat diperlukan. Kesadaran bahwa
dunia semakin interdependen meningkat, sehingga masalah yang terjadi di suatu
Negara akan menjadi masalah di Negara lain. Kesadaran kolektif tumbuh karena adanya
masalah bersama yang memerlukan penyelesaian bersama. Kerjasama
internasional itu bisa terjadi antara Negara dengan Negara, Negara dengan
organisasi internasional, baik yang bersifat IGO, INGO, atau lainnya. Tidak ada
satu Negara pun yang bisa berdiri sendiri tanpa bantuan pihak lain. Baik Negara
tersebut Negara maju atau pun Negara berkembang seperti Indonesia
Bagi
Negara-negara maju, permasalahan seperti ini sangat mudah dihadapi. Dengan
sumber daya manusia yang dimiliki, permasalahan seperti diatas sangat mudah
untuk diselesaikan. Berbeda dengan Negara berkembang seperti Indonesia, masalah
seperti ini menjadi sangat rumit dan kompleks untuk diselesaikan. Mengingat
sedikitnya sumber daya manusia berkualitas dan jumlah anggaran dana yang dialokasikan untuk
permasalahan tersebut, sangat dimungkinkan masalah ini dapat menghambat proses
perkembangan dan pembangunan nasional. Oleh karena itu negara berkembang
seperti Indonesia sangat memerlukan kerjasama dan bantuan dari pihak luar untuk mengatasi permasalahan
tersebut.
Salah satu masalah
yang dihadapi masyarakat Indonesia dan juga internasional beberapa waktu yang lalu hingga saat ini
adalah pandemi flu burung. Wabah flu burung (Avian influenza) adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh burung tipe A strain virus influenza. Sejak
sekitar tahun 2003 penyakit ini mulai teridentifikasi di China dan vietnam. Di
Indonesia sendiri Flu Burung mulai memakan korban sejak 2005. Pada tahun
tersebut 20 orang dinyatakan terserang flu burung, 13 diantaranya meninggal. [1]
Sejak secara luas muncul kembali pada tahun 2003 dan
2004, virus flu burung ini telah menyebar dari Asia ke Eropa dan Afrika dan
telah menjangkit unggas-unggas di beberapa
Negara yang berakibat jutaan unggas terinfeksi dan ditemukannya kasus kematian manusia
yang mencapai angka ratusan. Fakta bahwa iklim di Indonesia sangat kondusif bagi perkembangan virus avian influenza (iklim
tropis dan sub tropis) menyebabkan penyebaran flu burung begitu cepat ke
seluruh kawasan Indonesia. Bahkan hingga
saat ini Indonesia menjadi salah satu negara
yang memiliki korban flu burung terbesar di dunia.[2]
Cepatnya penyebaran dan ganasnya penyakit ini
membuat pemerintah harus bekerja cepat untuk melakukan tindakan pencegahan agar
flu burung tidak terus memakan korban dan penyebarannya bisa diminimalisir.
Bekerjasama dengan WHO menjadi salah satu jalan yang ditempuh oleh pemerintah
Indonesia.
[1] World Health Organization, “Situation Update Avian Influenza”, http://www.ino.searo.who.int [4 oktober 2011]
Adanya kerjasama yang terjalin antara pemerintah Indonesia dengan WHO sebagai organisasi internasional yang bergerak di bidang kesehatan menarik perhatian penulis. Pasalnya Indonesia sendiri telah menemukan vaksin untuk mengobati virus flu burung tanpa bantuan WHO. Lantas jika Indonesia telah menemukan vaksin penangkalnya, apalagi yang bisa dilakukan WHO. Seberapa dalam campur tangan WHO dalam penanganan pandemic flu burung setelah Indonesia menemukan anti virusnya. Oleh karena itu tulisan ini mengambil judul “PERAN WHO DALAM MENGATASI VIRUS FLU BURUNG (H5N1) DI INDONESIA DILIHAT DARI SUDUT PANDANG REALISME.”
[1] World Health Organization, “Situation Update Avian Influenza”, http://www.ino.searo.who.int [4 oktober 2011]
[2] Flu
Burung.ORG “Wilayah Penyebaran Avian
Influenza di Dunia dan Indonesia” http://fluburung.org. [11 Oktober
2011]
Adanya kerjasama yang terjalin antara pemerintah Indonesia dengan WHO sebagai organisasi internasional yang bergerak di bidang kesehatan menarik perhatian penulis. Pasalnya Indonesia sendiri telah menemukan vaksin untuk mengobati virus flu burung tanpa bantuan WHO. Lantas jika Indonesia telah menemukan vaksin penangkalnya, apalagi yang bisa dilakukan WHO. Seberapa dalam campur tangan WHO dalam penanganan pandemic flu burung setelah Indonesia menemukan anti virusnya. Oleh karena itu tulisan ini mengambil judul “PERAN WHO DALAM MENGATASI VIRUS FLU BURUNG (H5N1) DI INDONESIA DILIHAT DARI SUDUT PANDANG REALISME.”
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari
uraian di atas dapatlah kita tarik inti permasalah dari tulisan ini yaitu “Bagaimana Peran WHO Dalam Menangani Virus
Flu Burung di Indonesia Dilihat Dari Sudut Pandang Realisme?”
1.3 KERANGKA
TEORI
Dalam organisasi internasional dikenal
ada tiga konsep yang dapat dipakai untuk melihat seberapa dalam sebuah
organisasi internasional mampu mengintervensi Negara anggotanya, yakni :
1. Realism
Paham
realis percaya bahwa sistem internasional bersifat anarkis, yang berarti
tidak ada kekuasaan tertinggi dalam sistem internasional. Setiap Negara
memiliki otoritas masing-masing. Realis menyadari bahwa organisasi
internasional adalah bentuk control dari Negara powerfull terhadap Negara less
power. Dasarnya adalah karena organisasi-organisasi
tersebut dibentuk oleh Negara-negara powerfull tadi untuk kepentingan
negaranya. Efektifitas
organisasi internasional pun menjadi sebatas berhubungan dengan kepentingan
dari negara hegemon tersebut; organisasi internasional hanyalah merupakan
perpanjangan tangan dari negara hegemoni. Organisasi internasional hanya
memberikan sedikit signifikansi dalam perdamaian dunia karena organisasi
internasional tidak bisa membatasi perilaku Negara. Negara tidak akan patuh
pada organisasi internasional.[3]
2. Internasionalisme
Memandang bahwa Negara sebagai masyarakat
intenasional sama saja dengan masyarakat dalam suatu Negara. Dalam organisasi
internasional, Negara tetap dipandang sebagai actor utama. Namun berbeda dengan
pandangan realis, dalam pandangan internasionalism Negara bisa diatur oleh organisasi
internasional. Organisasis internasional bisa membuat peraturan atau hanya
melakukan pengawasan terhadap kesepakatan yang dibuat antar Negara. Organisasi
internasional berperan penting sebagai pengatur hubungan antar Negara.[4]
3. Universalisme
Dalam pandangan ini, kedaulatan Negara
semakin lemah. Organisasi yang memegang peranan.[5]
Fakta menunjukkan pemerintah Indonesia berhasil
menemukan vaksin penangkal virus flu burung. Vaksin
tersebut ditemukan dari hasil percobaan yang telah dilakukan oleh mahasiswa Universitas
Airlangga (Unair) Surabaya.
[3]Review Semester2-OI http://www.scribd.com [16 oktober 2011]
Pada tanggal 22 Agustus 2011 Indonesia sendiri melalui Menkokesra bekerjasama dengan PT Bio Farma siap memproduksi vaksin tersebut dengan adanya penyerahan seed vaccine H5N1 dari Unair yakni A/Indonesia/Unair/2005.[6] Keberhasilan Indonesia menemukan sendiri vaksin tersebut bisa dijadikan bukti bahwa Indonesia tidak terlalu bergantung pada WHO dalam penanganan kasus flu burung. Hal ini sesuai dengan teori realism dalam pendekatan organisasi internasional. Dimana teori ini berpendapat bahwa tiap Negara memiliki otoritas sendiri dan bahwa organisasi internasional tidak terlalu memegang peranan dalam Negara tersebut.
[6] BUMN “Menko Kesra: Indonesia Siap Produksi Vaksin Flu Burung” http://www.bumn.go.id. [11 Oktober 2011]
[3]Review Semester2-OI http://www.scribd.com [16 oktober 2011]
[4] J. Samuel Barkin, International organization : Theories and
Instituions, Palgrave macmillan, New
York, 2006, hal 12-13
[5] Ibid, hal 13
Pada tanggal 22 Agustus 2011 Indonesia sendiri melalui Menkokesra bekerjasama dengan PT Bio Farma siap memproduksi vaksin tersebut dengan adanya penyerahan seed vaccine H5N1 dari Unair yakni A/Indonesia/Unair/2005.[6] Keberhasilan Indonesia menemukan sendiri vaksin tersebut bisa dijadikan bukti bahwa Indonesia tidak terlalu bergantung pada WHO dalam penanganan kasus flu burung. Hal ini sesuai dengan teori realism dalam pendekatan organisasi internasional. Dimana teori ini berpendapat bahwa tiap Negara memiliki otoritas sendiri dan bahwa organisasi internasional tidak terlalu memegang peranan dalam Negara tersebut.
[6] BUMN “Menko Kesra: Indonesia Siap Produksi Vaksin Flu Burung” http://www.bumn.go.id. [11 Oktober 2011]
Pembahasan lebih lanjut mengenai peran WHO di
Indonesia dilihat melalui kacamata realism akan dibahas dalam bab pembahasan.
BAB II
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 WHO
sebagai Organisasi Internasional
Pada dasarnya perkembangan organisasi internasional
merupakan jawaban atas kebutuhan yang timbul akibat pergaulan internasional.[7]
Begitu juga dalam pembentukan WHO sebagai organisasi internasional. Banyaknya
ragam penyakit yang menyerang masyarakat dunia membuat Negara-negara sebagai
pelaku pergaulan internasional menginginkan adanya wadah atau organisasi yang
bisa menjadi acuan dalam menangani penyakit-penyakit di dunia ini.
WHO ( World
Health Organization) adalah salah satu badan PBB yang bertindak sebagai koordinator
kesehatan umum internasional yang bermarkas di Jenewa, Swiss. WHO didirikan pada 7 agustus 1948. WHO didirikan
dengan tujuan organisasinya adalah “pencapaian tingkat kesehatan setinggi
mungkin oleh seluruh rakyat.” Dan untuk mewujudkan tujuannya itu terdapat
daftar tugas WHO yang meliputi pemberian bantuan kepada
pemerintah, penyediaan bantuan teknis, mengusulkan agar diadakannya konvensi
dan perjanjian-perjanjian, pengembangan riset, sampai pada melakukan
studi-studi serta penyediaan informasi.[8] Aktivitas WHO diatur oleh
sebuah Komisi Interim seperti ditentukan dalam sebuah Konferensi Kesehatan
Internasional pada musim panas 1946.
[7] D.W.Bowett Q.C.L.L.D, Hukum Organisasi Internasional Sinar Grafika, Jakarta, 1992 hal 1
[8] Ibid. hal 144
[7] D.W.Bowett Q.C.L.L.D, Hukum Organisasi Internasional Sinar Grafika, Jakarta, 1992 hal 1
[8] Ibid. hal 144
Selain mengatur usaha-usaha internasional untuk mengendalikan penyebaran penyakit menular, seperti SARS, malaria, tuberkulosis, flu burung, flu babi dan AIDS, WHO juga mensponsori program-program yang bertujuan mencegah dan mengobati penyakit-penyakit seperti contoh-contoh tadi. WHO mendukung perkembangan dan distribusi vaksin yang aman dan efektif, diagnosa penyakit dan kelainan, dan obat-obatan. [9]
WHO memenuhi tujuan melalui fungsi inti:
·
Menyediakan
kepemimpinan pada hal-hal penting untuk kesehatan dan terlibat dalam kemitraan
dimana aksi bersama diperlukan;
·
Membentuk agenda
penelitian dan merangsang generasi, terjemahan dan penyebaran pengetahuan yang
berharga;
·
Menetapkan norma
dan standar dan mempromosikan dan memantau pelaksanaanya;
·
Mengartikulasikan
pilihan kebijakan etis dan berdasarkan bukti;
·
Memberikan dukungan
teknis, katalis perubahan, dan membangun kapasitas kelembagaan yang
berkelanjutan, dan
·
Memantau situasi
kesehatan dan menilai tren kesehatan.
2.2 Peran WHO dalam Penanganan Flu Burung di
Indonesia dalam Sudut Pandang Realisme
Kasus flu burung pertama kali ditemukan di
Indonesia pada pada tahun 2005. Pada hari senin, 19 september 2005, pemerintah
Indonesia melalui Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menetapkan bahwa flu
burung sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).[10]
Pada tahun tersebut 20 orang dinyatakan terinfeksi virus flu burung dan 13
diantaranya meninggal. Selain melakukan berbagai tindakan pencegahan sendiri
pemerintah juga telah menjalin kerjasama dengan WHO sebagai badan resmi
kesehatan internasional dalam penanganan kasus ini.
[9] Wikipedia “Kegiatan dan Aktivitas WHO” http://id.wikipedia.org [11 Oktober 2011]
[10] “Ada KLB Flu Burung di Indonesia” http://donowidiatmoko.wordpress.com [4 oktober 2011]
[9] Wikipedia “Kegiatan dan Aktivitas WHO” http://id.wikipedia.org [11 Oktober 2011]
[10] “Ada KLB Flu Burung di Indonesia” http://donowidiatmoko.wordpress.com [4 oktober 2011]
WHO sebagai lembaga yang mempunyai otoritas kesehatan di seluruh dunia menyatakan telah bertindak cepat dengan menerjunkan tim yang meneliti berbagai aspek penyebaran kasus flu burung ini. WHO juga telah mengeluarkan berbagai petunjuk, guidelines, dan prosedur dalam menyikapi munculnya kasus ini.[11] Di Indonesia sendiri WHO telah menyerahkan bantuan untuk Indonesia berupa 22 unit ambulans dan beasiswa bagi 48 mahasiswa untuk pelatihan field epidemoligy. [12] Serta menjalin kerja sama dengan pemerintah berupa pemberian bantuan berupa 36.000 boks Tamiflu, meningkatkan pengawasan, manajemen terhadap serangan penyakit, dan menyiapkan Rumah Sakit yang siap siaga. [13] Satu lagi kerja sama yang ditawarkan WHO kepada pemerintah Indonesia, yakni WHO meminta pemerintah Indonesia menyerahkan sampel virus flu burung yang menyerang masyarakat guna kepentingan penelitian.
Namun pada prakteknya hubungan kerja sama pemerintah
dan WHO tidaklah seharmonis itu. Ketika pemerintah menetapkan terjadinya KLB pada kasus flu burung, ternyata
hal ini tanpa sepengetahuan WHO sebagai badan kesehatan intenasional.[14]
WHO dibuat terkejut dengan pernyataan Menkes
saat itu.
[11] Ibid.
[11] Ibid.
[12] Okezone.com “WHO : Indonesia Berhasil Tekan Kasus Flu
Burung” http://news.okezone.com [4
oktober 2011]
Selain itu permintaan WHO atas pengiriman sampel
virus flu burung yang menyerang orang dari Indonesia ternyata menimbulkan konflik
antara Indonesia melalui Menteri Kesehatan. Pada akhirnya diketahui ternyata
sampel virus tersebut digunakan untuk penelitian guna membuat anti virusnya.
Yang menjadi masalah adalah bahwa ternyata anti virus tersebut diperjualbelikan
secara komersial kepada Negara-negara dengan harga mencapai ratusan miliar
dolar tanpa sepengetahuan Negara pengirim sampel virus dan tanpa kompensasi
kepada Negara bersangkutan. Hal ini jelas merugikan terutama apabila itu
terjadi kepada Negara miskin dan berkembang. Yang diuntungkan adalah Negara
maju yang berada di belakang WHO. Ketika masyarakat Negara miskin tersebut
berada diantara hidup dan mati karena terkena flu burung, pemerintahnya masih
harus mengeluarkan uang guna membeli anti virusnya yang mungkin saja sampel
virus pembuatan antivirusnya berasal dari Negara itu sendiri. Yang seharusnya
Negara itu mendapat kompensasi, malah sebaliknya, mereka mengeluarkan uang yang
tidak sedikit.[15]
Menteri kesehatan saat itu secara terang-terangan
menyatakan menolak mengirimkan sampel virus ke WHO karena tahu bahwa sampel
tersebut akan dikirim ke Amerika Serikat yang kemudian akan mengolah virus
tersebut menjadi vaksin dan memperjualbelikannya dengan harga yang tinggi
kepada Negara-negara penderita flu burung tanpa memberikan kompensasi kepada
Indonesia sebagai Negara pengirim sampel. Dalam
hal ini Indonesia jelas sangat dirugikan. Oleh karena itu menkes menolak
untuk mengirim lagi sampel virus kepada WHO. Ditambah lagi, menkes menemukan
fakta bahwa GISN (Global Influenza Surveillance
Network) memang benar-benar ada. Dengan dalih adanya GISN WHO meminta
Negara-negara untuk mengirimkan virus kepada WHO secara gratis. Padahal GISN
tidak ada didalam struktur WHO, mereka berada dibawah control Amerika Serikat.
Jadi jika mau diambil kesimpulan kasar, semua ini akan mengarah pada keuntungan
AS sebagai Negara adidaya.
[15] Wawancara khusus
dengan Menkes Siti Fadilah Supari “Protes
Ketidakadilan Pengelolaan virus WHO” www.perpustakaan.depkes.go.id
[22 oktober 2011]
Fakta lain menunjukkan pemerintah Indonesia telah
berhasil menemukan vaksin penangkal virus flu burung. Vaksin tersebut ditemukan
dari hasil percobaan yang telah dilakukan oleh mahasiswa Universitas Airlangga
(Unair) Surabaya. Pada tanggal 22
Agustus 2011 Indonesia sendiri melalui
Menkokesra bekerjasama dengan PT Bio Farma siap memproduksi vaksin tersebut dengan adanya penyerahan seed vaccine H5N1 dari Unair yakni A/Indonesia/Unair/2005.[16]
Keberhasilan Indonesia menemukan sendiri vaksin tersebut bisa dijadikan bukti
bahwa Indonesia tidak terlalu bergantung pada WHO dalam penanganan kasus flu
burung.
[16] BUMN “Menko Kesra: Indonesia Siap Produksi Vaksin Flu Burung” http://www.bumn.go.id. [11 Oktober 2011]
[16] BUMN “Menko Kesra: Indonesia Siap Produksi Vaksin Flu Burung” http://www.bumn.go.id. [11 Oktober 2011]
Berdasar pada dua fakta diatas, dapat
dikatakan bahwa WHO sebagai organisasi internasional tidak bisa mengontrol
Indonesia. Pemerintah Indonesia mampu bergerak sendiri dalam penanganan flu
burung. Hal ini sesuai dengan teori realism.
Dalam teori realism, dinyatakan bahwa
Negara tetap memiliki otoritas tertinggi, organisasi internasional tidak
memiliki control atas Negara. Indonesia memutuskan
untuk tidak megirimkan lagi sampel virus kepada WHO karena mengetahui adanya
kecurangan WHO dalam penggunaan virus tersebut. Ketika Indonesia sudah
memutuskan untuk tidak mengirim lagi virus tersebut, WHO tidak dapat melakukan
apa-apa, WHO tidak dapat memaksa Indonesia, karena otoritas tertinggi tetap ada
di tangan pemerintah Indonesia.
Realis berpendapat bahwa organisasi
internasional merupakan kepanjangan tangan dari Negara-negara super power. Semua
yang dilakukan organisasi merupakan perwujudan untuk tercapainya kepentingan
Negara tersebut. Seperti yang dinyatakan Menteri Kesehatan Indonesia bahwa WHO
mengatasnamakan GISN untuk meminta Negara-negara mengirimkan sampel virus
kepada WHO secara gratis. Sampel virus itu akan diteliti untuk menciptakan
antivirusnya yang mana selanjutnya antivirus itu akan dijual dengan harga yang
sangat tinggi kepada Negara penderita tanpa memberikan kompensasi kepada Negara
asal sampel virus yang dipakai untuk penelitian. Pada akhirnya diketahui bahwa
ternyata GISN tidak ada dalam dtruktur WHO. GISN hanyalah buatan Amerika
Serikat. Ini berarti apa yang dilakukan WHO dengan virus-virus tadi hanyalah
untuk kepentingan AS. Artinya WHO bekerja untuk
kepentingan AS.
Faktanya WHO memang memberikan bantuan
kepada Indonesia berupa peningkatan pengawasan, penyiapan RS yang siap siaga,
pelatihan field epidemoligy, pemberian
22 unit ambulans, dan 36000 boks Tamiflu. apa yang diberikan WHO ini memang
diperlukan, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa ini tidaklah signifikan, bukan
yang paling diperlukan Indonesia. Yang paling diperlukan Indonesia, yakni
antivirus, malah ditemukan sendiri oleh orang Indonesia. WHO memang menemukan,
tapi mereka menjualnya dengan harga tinggi kepada negara-negara penderita, yang
akhirnya menimbulkan konflik dengan Indonesia. artinya apa yang menurut realism
organisasi internasional hanya memberikan sedikit signifikansi memang benar
adanya.
BAB III
KESIMPULAN
Dipandang dari teori realism pengaruh
WHO dalam penanganan flu burung di Indonesia dapat disimpulkan tidak terlalu
memegang peranan. WHO memang memberikan bantuan kepada pemerintahan Indonesia
namun bantuan itu bukanlah bentuk bantuan yang paling dibutuhkan Indonesia
dalam usahanya menangani serangan flu burung di masyarakat. Hal yang paling
dibutuhkan Indonesia, yakni anti virus (vaksin) malah ditemukan sendiri oleh
orang Indonesia. hal ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak terlalu memerlukan
campur tangan WHO.
Dalam realis disebutkan bahwa organisasi
internasional hanyalah kepanjangan tangan dari Negara fullpower yang bekerja
untuk kepentingan Negara tersebut. Hal ini benar adanya. WHO terbukti bekerja
untuk kepentingan Amerika Serikat khususnya dalam kasus flu burung ini. Mengatasnamakan
GISN WHO meminta kepada Negara-negara yang terkena virus untuk menyerahkan
virus tersebut secara gratis kepada WHO yang nantinya akan dijual oleh WHO
dengan harga yang tinggi setelah ditemukan antivirusnya tanpa memberikan
kompensasi kepada Negara pemberi virus. Uang hasil penjualan antivirus itu
tentu akan semakin memperkaya Amerika Serikat. Jelas disini bahwa WHO bekerja
untuk AS, bukan untuk kepentingan masyarakat dunia. WHO merupakan kepanjangan
tangan dari AS, Negara fullpower.
Melihat kecurangan kerja yang dilakukan
WHO tersebut, Indonesia melalui Kemenkes menyatakan pemberhentian pengiriman
antivirus flu burung kepada WHO. Ketika Indonesia memutuskan demikian, WHO
tidak bisa melakukan apa-apa, karena WHO sebagai organisasi tidak memiliki
kontrol kepada Negara, Negara memiliki otoritas penuh terhadap dirinya sendiri.
Jadi dapatlah ditegaskan kembali bahwa
peran WHO dalam penanganan flu burung di Indonesia tidak terlalu dalam. WHO
tidak terlalu memegang peranan penting dalam penanganan kasus flu burung di
Inonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Barkin, J. S. 2006. International organization : Theories and
Instituions. New York: Palgrave Macmillan
Q.C.L.L.D, Bowet D.W.
1992. Hukum Organisasi Internasional. Jakarta:
Sinar Grafika
Internet
Avian Influenza. http://www.who.or.id/ind/php/index.php [4 Oktober 2011]
BUMN. 2011. Menko
Kesra : Indonesia Siap Produksi Vaksin Flu Burung. http://www.bumn.go.id
[11 Oktober 2011]
Flu Burung.ORG. Wilayah Penyebaran Avian Influenza di Dunia dan Indonesia. http://fluburung.org. [11 Oktober 2011]
Okezone.com. WHO : Indonesia Berhasil Tekan Kasus Flu Burung. http://news.okezone.com
[4 Oktober 2011]
Rezeki, Sri. Review Semester2-OI. http://www.scribd.com.
[16 Oktober 2011]
Wabah
Flu Burung di Indonesia. http://koranpdhi.com [4 Oktober 2011]
Wawancara
khusus dengan Menkes Siti Fadilah Supari “Protes Ketidakadilan Pengelolaan
virus WHO”. www.perpustakaan.depkes.go.id
[22 oktober 2011]
Widiatmoko, Dono. Ada KLB Flu Burung di Indonesia. http://donowidiatmoko.wordpress.com
[4 Oktober 2011]
World Health Organization. Situation Update Avian Influenza. http://www.ino.searo.who.int [4 Oktober
2011]
[1] World Health
Organization, “Situation Update Avian
Influenza”, http://www.ino.searo.who.int
[4 oktober 2011]
[2] Flu
Burung.ORG “Wilayah Penyebaran Avian
Influenza di Dunia dan Indonesia” http://fluburung.org. [11 Oktober
2011]
[4] J. Samuel Barkin, International organization : Theories and
Instituions, Palgrave macmillan, New
York, 2006, hal 12-13
[6] BUMN “Menko Kesra: Indonesia Siap Produksi Vaksin Flu
Burung” http://www.bumn.go.id. [11 Oktober
2011]
[7] D.W.Bowett Q.C.L.L.D,
Hukum Organisasi Internasional Sinar Grafika, Jakarta, 1992 hal 1
[8] Ibid. hal 144
[10] “Ada KLB Flu Burung di Indonesia” http://donowidiatmoko.wordpress.com
[4 oktober 2011]
[11] Ibid.
[12] Okezone.com “WHO : Indonesia Berhasil Tekan Kasus Flu
Burung” http://news.okezone.com [4
oktober 2011]
[14] “Wabah Flu Burung di Indonesia” http://koranpdhi.com
[4 oktober 2011]
[15] Wawancara khusus
dengan Menkes Siti Fadilah Supari “Protes
Ketidakadilan Pengelolaan virus WHO” www.perpustakaan.depkes.go.id
[22 oktober 2011]
[16] BUMN “Menko Kesra: Indonesia Siap Produksi Vaksin
Flu Burung” http://www.bumn.go.id. [11 Oktober
2011]
0 comments:
Posting Komentar